athleisure

Dominasi Athleisure di Indonesia: Gaya Hidup Nyaman yang Menguasai Dunia Fashion

Dominasi Athleisure di Indonesia: Gaya Hidup Nyaman yang Menguasai Dunia Fashion

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia fashion Indonesia mengalami pergeseran besar. Tren pakaian formal dan kaku mulai ditinggalkan, digantikan oleh gaya yang lebih santai namun tetap stylish. Salah satu tren terbesar yang mendominasi adalah athleisure—gaya berpakaian yang menggabungkan kenyamanan pakaian olahraga dengan estetika fashion kasual. Busana seperti legging, hoodie, crop top, sneakers, dan jogger pants yang dulunya hanya dipakai ke gym, kini jadi pilihan utama untuk ke kampus, nongkrong, bahkan bekerja.

Fenomena ini bukan sekadar soal gaya berpakaian, tapi juga cerminan perubahan budaya yang lebih besar. Generasi muda Indonesia, khususnya Gen Z dan milenial, kini mengutamakan kenyamanan dan fleksibilitas dalam hidup mereka, termasuk dalam berpakaian. Mereka tidak lagi melihat fashion sebagai sesuatu yang harus kaku atau formal untuk menunjukkan status sosial. Sebaliknya, mereka ingin tampil keren tapi tetap merasa bebas bergerak, nyaman sepanjang hari, dan siap beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain tanpa harus ganti pakaian.

Athleisure juga menjadi simbol gaya hidup aktif dan sehat. Saat seseorang memakai legging atau sepatu lari ke kantor atau kafe, ada kesan bahwa mereka adalah pribadi yang energik, sporty, dan peduli kesehatan. Citra ini sesuai dengan nilai yang sedang populer di kalangan anak muda: menjaga keseimbangan hidup, punya rutinitas olahraga, dan tetap stylish dalam setiap kesempatan. Karena itu, tidak heran kalau permintaan terhadap produk athleisure di Indonesia terus meroket setiap tahunnya.


Asal-Usul dan Perkembangan Athleisure

Athleisure pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal 2010-an, didorong oleh meningkatnya popularitas yoga, lari, dan gaya hidup sehat. Merek seperti Lululemon, Nike, dan Adidas mulai memproduksi pakaian olahraga yang tidak hanya fungsional, tapi juga modis. Tren ini kemudian menyebar ke seluruh dunia lewat media sosial dan influencer, hingga akhirnya tiba di Indonesia sekitar tahun 2016–2017.

Awalnya, tren ini hanya berkembang di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Bali, terutama di kalangan pekerja muda dan selebriti. Namun dalam beberapa tahun, athleisure berubah menjadi arus utama. Hampir semua brand lokal maupun global kini punya lini athleisure sendiri, mulai dari Uniqlo, H&M, Adidas, hingga brand lokal seperti Cotton Ink, Buttonscarves Active, dan This Is April. Mereka berlomba menghadirkan koleksi pakaian olahraga yang stylish namun tetap nyaman dipakai harian.

Pertumbuhan industri fitness dan wellness di Indonesia juga turut mendukung perkembangan athleisure. Gym, studio yoga, pilates, dan kelas dance semakin menjamur, terutama di kota-kota metropolitan. Aktivitas olahraga yang dulu dianggap eksklusif kini menjadi bagian gaya hidup harian, sehingga kebutuhan pakaian yang bisa digunakan sekaligus untuk olahraga dan aktivitas sosial makin tinggi. Inilah yang membuat athleisure tidak hanya jadi tren musiman, tapi bagian permanen dari budaya fashion Indonesia modern.


Karakteristik dan Ciri Khas Athleisure

Salah satu alasan kenapa athleisure disukai adalah karena fleksibilitasnya. Pakaian athleisure dirancang untuk bisa digunakan di banyak situasi—olahraga, bekerja, jalan-jalan, atau bersantai di rumah. Potongan busananya umumnya simpel, fungsional, tapi tetap trendi. Misalnya legging hitam yang bisa dipadukan dengan blazer untuk tampilan semi-formal, atau jogger pants yang cocok dipasangkan dengan crop top dan sneakers untuk look kasual.

Bahan yang digunakan juga menjadi keunggulan utama. Athleisure biasanya memakai material ringan, lentur, dan breathable seperti spandex, lycra, nylon, atau katun teknis. Bahan ini membuat pakaian nyaman dipakai seharian dan tahan keringat, sekaligus memberikan tampilan modern yang rapi. Banyak produk athleisure juga dilengkapi fitur tambahan seperti anti-bakteri, quick dry, atau UV protection yang membuatnya semakin fungsional.

Warna-warna netral dan earth tone mendominasi koleksi athleisure, seperti hitam, abu, krem, dan olive, walau akhir-akhir ini mulai banyak juga yang menghadirkan warna pastel atau neon untuk menarik pasar anak muda. Desainnya minimalis tapi tetap stylish, menekankan clean look yang versatile untuk berbagai aktivitas. Semua ciri ini membuat athleisure menjadi pilihan favorit bagi mereka yang ingin tampil effortless tapi tetap fashionable.


Pengaruh Media Sosial dan Influencer

Media sosial memainkan peran besar dalam mempopulerkan athleisure di Indonesia. Platform seperti Instagram dan TikTok penuh dengan konten fashion haul, outfit of the day, dan rekomendasi produk athleisure dari para influencer. Penampilan selebriti, atlet, dan kreator konten yang sering memadukan pakaian olahraga dengan aksesori mewah menciptakan persepsi bahwa athleisure bukan hanya pakaian santai, tapi simbol status gaya hidup modern.

Banyak influencer muda yang mempromosikan gaya hidup aktif, mulai dari rutin ngegym, ikut kelas yoga, hingga maraton, sekaligus menunjukkan bahwa mereka tetap tampil keren sepanjang waktu. Narasi ini membentuk aspirasi sosial di kalangan pengikut mereka: bahwa menjadi sehat, bugar, dan fashionable adalah satu paket utuh. Dampaknya, permintaan terhadap produk athleisure melonjak tajam, terutama di kalangan wanita muda yang mendominasi pengguna media sosial di Indonesia.

Brand-brand fashion juga memanfaatkan tren ini dengan menggandeng influencer sebagai brand ambassador. Mereka mengadakan kampanye bertema active lifestyle, mengajak audiens membeli produk athleisure bukan hanya untuk pakaian, tapi sebagai simbol identitas diri. Dalam banyak kasus, orang membeli legging atau sneakers bukan karena butuh, tapi karena ingin menjadi bagian dari komunitas gaya hidup sehat yang ditampilkan influencer. Ini membuat athleisure tidak sekadar produk, tapi juga fenomena budaya.


Dampak Ekonomi dan Industri Fashion Lokal

Dominasi athleisure membawa dampak besar ke industri fashion Indonesia. Banyak brand lokal yang dulunya fokus pada busana formal atau kasual kini beralih membuat lini activewear dan sportswear. Hal ini menciptakan lapangan kerja baru di bidang desain, produksi tekstil teknis, hingga pemasaran digital. Pabrik tekstil juga mulai berinvestasi pada teknologi kain performa tinggi seperti bahan anti-UV, anti-bakteri, dan elastisitas tinggi untuk memenuhi permintaan pasar.

E-commerce menjadi saluran utama penjualan athleisure, terutama sejak pandemi yang mempercepat pergeseran belanja ke online. Platform seperti Shopee, Tokopedia, dan Zalora dipenuhi brand-brand lokal yang menjual koleksi athleisure dengan harga kompetitif. Persaingan ketat ini memaksa brand untuk terus berinovasi, baik dalam desain maupun strategi pemasaran. Mereka mulai menawarkan custom fit, size inclusive, hingga kolaborasi dengan atlet atau kreator konten untuk menarik konsumen muda.

Pertumbuhan pasar ini juga menarik minat investor. Beberapa brand lokal mendapat suntikan modal dari venture capital untuk memperluas produksi dan membuka gerai offline. Ini menunjukkan bahwa athleisure bukan sekadar tren sementara, tapi peluang bisnis besar yang bisa menopang pertumbuhan industri fashion Indonesia dalam jangka panjang.


Perubahan Gaya Hidup dan Budaya Kerja

Tren athleisure juga tidak bisa dilepaskan dari perubahan budaya kerja di Indonesia. Pandemi COVID-19 mempercepat adopsi sistem kerja hybrid dan remote, yang membuat batas antara pakaian kerja dan pakaian santai menjadi kabur. Banyak orang kini bekerja dari rumah atau coworking space dengan pakaian yang lebih santai, selama tetap terlihat rapi di layar video call. Athleisure pun menjadi solusi ideal karena menawarkan kenyamanan seperti baju rumah, tapi tampilannya cukup stylish untuk keperluan profesional.

Budaya kerja yang lebih fleksibel juga membuat orang punya lebih banyak waktu untuk olahraga atau aktivitas outdoor. Mereka tidak lagi terikat jam kantor ketat, sehingga bisa ngegym pagi, lalu langsung lanjut bekerja tanpa perlu ganti pakaian. Situasi ini membuat pakaian multifungsi seperti athleisure semakin dibutuhkan. Bahkan beberapa kantor modern mulai membolehkan dress code casual sporty, sesuatu yang dulu hampir mustahil terjadi di perusahaan-perusahaan konservatif.

Perubahan ini mencerminkan nilai baru di kalangan pekerja muda: keseimbangan hidup lebih penting daripada tampil formal setiap hari. Mereka ingin tetap produktif tanpa mengorbankan kesehatan fisik dan mental. Dengan demikian, memilih pakaian yang nyaman, fleksibel, dan stylish seperti athleisure menjadi keputusan logis yang sesuai dengan gaya hidup baru mereka.


Tantangan dan Kritik terhadap Tren Athleisure

Meski populer, tren athleisure tidak lepas dari kritik. Beberapa desainer dan pengamat mode menilai dominasi athleisure membuat industri fashion kehilangan keberagaman gaya. Banyak orang kini memakai pakaian yang hampir seragam—legging, crop top, sneakers—sehingga kreativitas dalam berpakaian menurun. Ada juga kekhawatiran bahwa penggunaan athleisure di situasi formal menurunkan standar etika berpakaian profesional, terutama di dunia kerja.

Selain itu, ada isu keberlanjutan. Sebagian besar pakaian athleisure terbuat dari bahan sintetis berbasis plastik seperti polyester dan spandex yang sulit terurai. Produksi masifnya berpotensi meningkatkan limbah tekstil dan mikroplastik. Banyak brand yang memproduksi athleisure dalam skala besar tanpa memikirkan dampak lingkungan, hanya mengikuti tren pasar. Karena itu, muncul tuntutan agar brand mulai menerapkan prinsip sustainable fashion, seperti memakai bahan daur ulang dan sistem produksi ramah lingkungan.

Tantangan lain adalah masalah ukuran. Meski banyak brand mulai membuat ukuran plus size, masih banyak juga yang hanya fokus pada ukuran kecil hingga menengah. Ini membuat sebagian konsumen merasa terpinggirkan, seolah athleisure hanya untuk tubuh ideal tertentu. Padahal, gaya hidup aktif seharusnya bisa diakses semua orang tanpa memandang bentuk tubuh. Kesadaran inklusivitas ini masih perlu terus ditingkatkan agar industri athleisure lebih adil dan beragam.


Masa Depan Athleisure di Indonesia

Melihat tren yang ada, masa depan athleisure di Indonesia tampak cerah. Permintaan pasar terus naik, brand-brand baru bermunculan, dan konsumen semakin terbiasa memakai pakaian sporty dalam kehidupan sehari-hari. Ke depan, kemungkinan besar athleisure akan semakin menyatu dengan kategori fashion lain, menciptakan hybrid look yang lebih fleksibel antara sporty, casual, dan formal.

Brand diperkirakan akan semakin fokus pada inovasi bahan ramah lingkungan, desain modular yang bisa dipakai di berbagai acara, serta teknologi pakaian pintar (smart clothing) seperti kain yang memantau detak jantung atau mengatur suhu tubuh. Kolaborasi antara brand fashion dan perusahaan teknologi kemungkinan akan semakin sering terjadi, membuka babak baru dalam industri athleisure.

Yang tak kalah penting, konsumen akan semakin kritis terhadap nilai merek yang mereka beli. Mereka tidak hanya melihat desain, tapi juga proses produksi, nilai etika, dan dampak lingkungan. Ini akan mendorong brand lokal untuk lebih transparan dan bertanggung jawab agar bisa bersaing di pasar global. Dengan pendekatan tepat, Indonesia bisa menjadi salah satu pusat produksi athleisure berkelanjutan di Asia Tenggara.


Kesimpulan dan Penutup

Kesimpulan:
Athleisure telah mengubah wajah industri fashion Indonesia. Gaya berpakaian sporty yang dulu hanya untuk gym kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dipakai ke kantor, kampus, hingga acara sosial. Tren ini tumbuh karena menggabungkan kenyamanan, fleksibilitas, dan estetika modern yang sesuai dengan nilai generasi muda. Meski menghadapi kritik soal keberlanjutan dan inklusivitas, potensi pasarnya masih sangat besar.

Refleksi untuk Masa Depan:
Dominasi athleisure menandai perubahan budaya besar di Indonesia. Ke depan, tantangannya adalah menjaga agar tren ini tetap inklusif, ramah lingkungan, dan tidak mengorbankan keberagaman gaya. Jika berhasil, Indonesia bukan hanya menjadi pasar besar athleisure, tapi juga produsen utama yang memimpin inovasi di Asia. Ini bukan sekadar tren mode, tapi simbol perubahan gaya hidup masyarakat urban modern.


📚 Referensi

More From Author

SEA Games 2027

Kesiapan Indonesia Menjadi Tuan Rumah SEA Games 2027: Ambisi Besar dan Tantangan Berat

lonjakan turis asing

Lonjakan Turis Asing ke Indonesia 2025: Dampak Besar untuk Ekonomi dan Pariwisata Nasional