Indonesia

Fashion Indonesia 2025: Dari Circular Fashion hingga Tumbuhnya Ethical & Muslim Fashion

1. Circular Fashion Partnership: Menuju Industri Tekstil Sirkular

Inisiatif Circular Fashion Partnership: Indonesia, yang diluncurkan Oktober 2024 oleh Global Fashion Agenda, menjadi tonggak kolaboratif antara industri, pemerintah, dan lembaga riset untuk mendorong sistem sirkular dalam fashion—fokus pada daur ulang limbah tekstil industri lokal dan global seperti H&M, adidas, dan IndoRama. Wikipedia+5Global Fashion Agenda+5IMARC Group+5

Program ini membawa pelatihan praktik daur ulang tekstil, pelacakan penggunaan material, hingga manajemen limbah—semua bertujuan menciptakan ekosistem fashion yang lebih bertanggung jawab dan efisien. Akselerasi ini menunjukkan Indonesia mulai serius menuju industri ramah lingkungan yang berorientasi solusi jangka panjang. Global Fashion Agenda


2. Etika dalam Mode: Konsumen Semakin Cermat

Pertumbuhan pasar ethical fashion global tercatat dari USD 8,77 miliar pada 2024 ke USD 9,38 miliar di tahun 2025, dengan CAGR 6,9% dan proyeksi tumbuh ke USD 12,95 miliar pada 2029—tanpa memperhitungkan Indonesia khusus thebusinessresearchcompany.com+2GlobeNewswire+2.

Laporan terbaru menggarisbawahi betapa konsumen kini menuntut:

  • Keamanan bahan dan penghapusan zat berbahaya

  • Tanggung jawab sosial pekerja (fair labor)

  • Transparansi rantai pasok
    Ini menegaskan perubahan paradigma dari sekadar gaya ke pilihan bermakna dalam konsumsi fashion. SGSCorp


3. Viscose Berkelanjutan dan APR sebagai Kunci

Asia Pacific Rayon (APR), produsen viscose terintegrasi terbesar di Asia berbasis Riau, mendukung fashion berkelanjutan lewat lembaga wood-cellulose biodegradable dan sistem hijau “dari perkebunan ke fashion” Wikipedia.

Produk viscose mereka menyasar material tekstil alami, menggantikan bahan berbasis fosil. Pendekatan terintegrasi ini memberikan contoh nyata hilirisasi industri tekstil Indonesia yang efisien dan inovatif.


4. Tantangan dalam Mengatur Mode Sirkular dan Hak Kekayaan Intelektual

Meskipun tren upcycling dan desain sirkular berkembang, sorotan muncul soal perlindungan kekayaan intelektual (IP). Artikel di The Jakarta Post menyebut bahwa sistem IP yang masih berbasis ekonomi linear bisa menghambat inovasi dan mengedepankan perluasan kebijakan untuk ekonomi sirkular. Wikipedia+2Closed Loop Fashion+2The Jakarta Post

Hal ini menggarisbawahi perlunya reformasi regulasi: untuk memberikan insentif bagi inovator lokal, sekaligus melindungi hasil kreativitas mereka dari penyalahgunaan.


5. Etika & Regulasi Global: Emisi Mode yang Tak Terkendali

Menurut laporan Vogue Business, meskipun berbagai inisiatif keberlanjutan muncul, jejak karbon industri fashion global terus meningkat — terutama akibat ketergantungan pada produksi massal dan ketidakmampuan mengurangi scope 3 emissions. Dibutuhkan regulasi tegas untuk memaksa perubahan lebih mendasar. Vogue Business

Indonesia sebagai produsen tekstil global memiliki tanggung jawab untuk ikut menekan emisi, melalui penguatan regulasi, teknologi bersih, dan kolaborasi internasional.


6. Teknologi: AI dan Metaverse Mengubah Desain dan Konsumsi

Hasil review akademik terbaru membahas potensi disruptif AI generatif dan metaverse terhadap industri fashion—menawarkan desain otomatis, pengalaman virtual fitting showroom, hingga virtual wardrobe management. arXiv

Untuk Indonesia, ini membuka peluang kreativitas baru—desain batik generatif, panggung online IFW di dunia metaverse, atau fashion avatars. Tantangannya: adaptasi teknologi dan akses digital di pelaku lokal.


7. Potensi Industri & Pasar Tekstil Indonesia

Market teks Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan: dari USD 13,8 miliar (2024) diperkirakan tumbuh ke USD 22,4 miliar pada 2033 (CAGR ≈ 5,6%). Faktor utama: konsumsi domestik, e-commerce, dan insentif investasi. IMARC Group+1

Dengan sinergi sustainable fashion dan ekonomi kreatif, Indonesia punya ruang besar untuk memimpin pasar Asia Tenggara.


8. Modest Fashion: Potensi Ekspor ke Timur Tengah

Indonesia kini menargetkan lima negara Timur Tengah (Iran, Turki, Saudi Arabia, Pakistan, dan Mesir) sebagai pasar ekspor untuk modest fashion—gaya berbusana muslim modern—sejalan dengan proyeksi pengeluaran Muslim global sebesar USD 3,1 triliun pada 2027. thebusinessresearchcompany.com+3TOPIKU+3Forbes+3Wikipedia

Kekuatan Indonesia: keberagaman budaya, tren hijab lokal seperti Dian Pelangi dan Zoya, serta infrastruktur industri busana muslim.


9. Sinergi Lokal: Dari Summit hingga Kolaborasi Regional

Sustainable Fashion Summit tahun ke-16 mengangkat tema “Barriers and Bridges”, menegaskan peran Indonesia dalam peta global sustainability fashion. Wikipedia

Selain itu, FGD oleh Closed Loop Fashion dan GFA di Jakarta membahas penguatan jaringan bisnis circular—memberi ruang kolaboratif antar pelaku mode serta pemangku kebijakan. Closed Loop Fashion


10. Batik: Heritage yang Berpotensi Berkelanjutan

Batik Indonesia, diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda sejak 2009, tetap jadi ikon kuat keberlanjutan budaya dan ekonomi kreatif. Wikipedia

Modernisasi motif batik (kombinasi klasik dan eco-friendly dye), serta pelatihan di museum, menjadikan batik relevan di era circular fashion—dengan nilai estetika, identitas, sekaligus keawetan koleksi warisan.


Kesimpulan: Kolaborasi, Regulasi, dan Inovasi Menentukan Masa Depan Fashion

Fashion Indonesia 2025 berada dalam momentum transformatif—dari circular fashion, teknologi AI hingga modest fashion global. Namun untuk menjadikannya masa depan nyata, perlu:

  • Kolaborasi lintas pemangku (pemerintah, brand, komunitas)

  • Regulasi inovatif (EPR, IP modern)

  • Adopsi teknologi (AI, traceability blockchain)

Jika dijalankan, 2025 bisa menjadi titik balik menuju fashion Indonesia yang etis, global, dan inovatif.


Referensi

More From Author

Indonesia

Wisata Indonesia 2025: Rekor Kunjungan, Tren Niche, dan Regulasi Mutakhir di Bali

transfer

Transfer Pemain Sepak Bola Dunia 2025: Rekor, Strategi Klub, dan Dampaknya pada Kompetisi